Tepung, Dunung, Srawung. Jogja Menyapa Bersama Didi Kempot

Posting Komentar
Trio Selososelo

Jogja Menyapa: Ngaruhke, Ngarahke "Tepung, Dunung, Srawung" menjadi acara yang dinantikan bagi mahasiswa baru dan masyarakat sekitar. Terlebih lagi salah satu pengisi acaranya adalah pemilik julukan The Lord of Broken Heart, yakni Didi Kempot. Tepatnya pada Selasa, 20 Agustus 2019 acara ini dimulai sejak pukul 16.00 WIB diawali dengan registrasi dan berlangsung hingga 22.00 WIB di Pelataran Soegondo Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta.

Paniradya Kaistimewan menggelar acara Jogja Menyapa: Ngaruhke, Ngarahke – Tepung, Dunung, Srawung  dalam rangka menyambut mahasiswa baru di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Tepung yang berarti paham, Dunung berarti saling mengenal, dan Srawung yakni menjalin hubungan dengan akrab. Dengan harapan mahasiswa baru dari berbagai daerah dapat membaur dengan masyarakat tanpa membedakan-bedakan satu sama lain. Paniradya Kaistimewan sendiri merupakan Kelembagaan yang dibentuk Pemda DIY yang bertugas membantu gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dalam penyusunan kebijakan terkait keistimewaan dan administratif urusan keistimewaan.

Antrian Kopi 

Sembari menunggu dimulainya acara, Bank BPD DIY selaku pendukung acara juga menyebar bardcode yang ditujukan bagi pengguna gawai diarea Pelataran Soegondo untuk mengisi kuesioner singkat mengenai transaksi menggunakan bank dan setelahnya masing-masing orang akan mendapatkan totebag. Saat mendaftarkan diri di meja registrasi, peserta juga mendapat dua voucher kecil berbentuk persegi yang dapat ditukar dengan makan dan minum gratis di tempat yang sudah di sediakan.  Ada soto lenthuk, bakmi jawa, gorengan, aneka menu angkringan, dan beberapa minuman lokal. Meski antrian terlihat mengular, semua terlihat sangat antusias dan menikmati santapanya.

Tarian Nusantara dari Sumba

Penampilan tarian nusantara yang berasal dari Sumba, NTT menjadi tanda dibukanya acara yang kemudian dilanjutkan oleh MC kondang Trio Selososelo sebagai pemandu acara, siapa lagi jika bukan Alit Jabang Bayi, Anang Batas, dan Awangizm. Dalam kesempatan kali ini, Ibu Wening selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya juga turut memberi sambutan terkait generasi 4.0 yang lekat dengan tegnologi.

Sambutan dari Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Di akhir sambutannya pun beliau juga mengatakan "manusia berfikir untuk menggunakan teknologi, bukan tegnologi yg menggunakan kita" . Dengan begitu saat kita sedang bersama banyak orang dan berada dikeramainan sebisa mungkin untuk tidak mengisolasi diri sendiri dengan gawai. Sama seperti acara ini yang mengungsung tagline Ngaruhke Ngarahke, yang juga merupakan tindakan awal yang kerap dilakukan masyarakat Jogja ketika menyambut tamu atau warga baru. Saling terbuka dan menyapa.

Paku Alam X 

Dalam sambutan Sri Sultan Hamengkubuwana X yang di wakilkan oleh Paku Alam X menyampaikan bahwa Yogyakarta sangat terbuka bagi siapapun, namun juga harus dihormati sama artinya dengan dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Sikap toleran juga harus diterapkan karena toleransi sudah menjadi budaya di Yogyakarta. Harapannya, para mahasiswa mampu berbaur dengan warga masyarakat, karena pelajaran berharga tidak hanya diperoleh dari bangku perkuliahan namun ilmu sejatinya di dapatkan dengan pergaulan positif dan persaudaraan di manapun berada. Sri Sultan Hamengkubuwana X juga menyampaikan sugeng rawuh atau selamat datang kepada para mahasiswa dan berterimakasih pula telah memilih Yogyakarta sebagai destinasi edukasi yg tepat. "Mari kita wujudkan Jogja istimewa untuk Anda Jogja istimewa untuk kita dan Jogja istimewa untuk Indonesia".

Tari Nusantara dari Aceh

Tari Aceh juga ikut ditampilkan dalam acara ini. Dengan jumlah 9 orang, para penari yang menggunakan kostum berwarna biru dan merah tampak kompak dan bersemangat. Dilanjutkan dengan Tari Tide Tide yang berasal dari Halmahera.

Tari Nusantara dari Halmahera

Tarian ini ditampilkan secara berpasangan. Berbeda dengan Tari Beksan Wanara Jogja yang dibawakan oleh beberapa pria saja. Tarian  dari Kraton Jogja ini terlihat sedikit mengejutkan ketika beberapa penari muncul dari kerumunan penonton. Flashmob ini mengajak penonton untuk ikut menari bersama. Penampilan selanjutnya juga turut di meriahkan oleh Semata Wayang, Traffix Jam, Keroncong Plesiran, dan Sastro Moeni.


Semakin malam acaranya semakin ramai, terlebih lagi saat mulai memasuki waktu bagian cidro. Sobat Ambyar merapat dan bersenandung bersama Didi Kempot. Tak hanya di Fakultas Ilmu Budaya saja yang ramai, jagad Twitter pun ikut ramai dengan hastag #JogjaMenyapa. Mahasiswi asal Kutoarjo bernama Dyah juga terlihat menikmati suasannya. "Bagus acaranya, ditempatku belum ada kayak gini. Seneng kalau disambut, berarti kan kita memang diharapkan untuk datang dan terbuka gitu ya. Semoga tahun depan ada lagi"


Duakakikuu
Saya senang berwisata dan sangat antusias dengan kuliner. Di blog ini, saya akan berbagi pengalaman dan rekomendasi tempat-tempat menarik untuk dikunjungi, serta makanan lezat yang dapat ditemukan di Yogyakarta. Ayo ikuti petualangan kuliner dan wisata saya !

Related Posts

Posting Komentar